Pengalaman ini aku alami baru-baru ini, di kala demam
semesteran tengah melanda. Aku yang nisasa pulang dan berangkat sekolah
sendirian.,mengulangi aktivitasku itu untuk kesekian kalinya.,
Di tengah perjalanan., aku melihat seorang gadis cilik
bersama ibunya sedang duduk di teras rumah yang sangat mepet dengan jalan gang
itu, yah.memang rumah di tempat aku berasrama ini kurang memenuhi
stadarisasi.,yaaa.,bias di bilang ini adalah perkampungan kelas menengah
bawah.,tidak seperti di lingkungan rumahku yang kebanyakan adalah pegawai
negri.,di tempat aku bermukm sementara ini
banyak warga yang menjadi pengangguran.,toh.,jika ada itupun
hanyasebagia pekerja di sebuah swalayan yang ada di daerah itu.,yang
lain???entahlah.,
Keadaan itu yang memicuku.,-alasan terbesarku—untuk selalu
beerjalan sendiri.,walaupun telah ada anjuran agar pulang dan berangkat bersama teman,.naun
aku menentangnya.,karena menrutuku dalam kesendirianku itulah banyak waktu yang
dapat kujadikan sebagai perenungan.,
Hmmmm
Sekilas aku melihat gadis itu.,berambut irang terkena sinar
matahari.,berkulit coklat.,dan.,.,yaaa..,.,dengan baju yang seadanya.,
Menelungkukan tubuhnya di teras, dengan ibunya yang tengah mencabuti
kain—memang mayoritas perkerjaan
sambilan di daerah itu adalah menggunting dan mengolah kain (secara sederhana)
yang selanjutnya akan diedarkan ke konveksi kecil terdekat--
Sayyup-sayup aku mendengar celotehannya—kira-kira umur
7tahun—
“mak.,kandamu nek wes
nduwe dhuwit arep ning alfamart?”
Bu, katamu kalau sudah punya uang nanti ke alfamart?
Dengan boso ngoko yang seharusnya tidak diucapkan seorang
anak kepada orangtuanya..
“kosek tho.,wong
during nduwe dhuwit berarti yo drung ning alfamart!!”
Sebentar., kita saja belum punya uang.,,berarti belum ke
alfamart!!
Dengan wajah sedikit cemas karena tak mampu mengucakan kata
selain tak punya uang—
Sepanjang perjalanan itu aku berpikir., memag
benar.,sebelumnya aku menyengaja untuk lewat gang yang tidak biasa aku
lewati.,dan berharap ada salah satu kejadian yang membuatku terpesona.,hmm.,atau
gimanaaa gitu,.,. dan ternyata benar.,Allah dengan kuasa-Nya.,memperkenankan
aku untuk sedikit mengetahui cuplikan kehidupan yang tidak aku alami sekarang.
Tertutup oleh kemampuan dan daya orang tuaku yang telah menyanggupiku untuk
sekolah dan memenuhi apa yang aku inginkan. Bias dibilang aku adalah anak
seorang yang berpunya. Aku tidak ernah merasakan kelaparan dan menangis karena
orang tua tak punya uang. Dengan bekal yang selalu cukup untuk kubawa sekolah
sejak kecil telah membiasakanku. Dengan buku-buku yang lengkap dan prestasi
yang tidak mengecewakan bagi orangtuaku.,memuat mereka tidak segan-segan
membelikan apa yang aku inginkan.,., hamper semuanya.,kecuali novel-novel fiksi
yang banyak dimiliki temantemanku sekrang karena orang tuaku memang ingin agar
aku focus pad apelajaran dan kelak akan menajdi apa ynag mereka dan aku
cita-citakan.,.seorang.,.,dokter.
Yanh itu mungkin sekelumit hidupku yang mungkin juga banyak
dialami oleh manusia-manusia berpunya lainnya.
Kupu-kupu sejenak melintas di depanku.,pertanda girang
karena aku menulis lagi.,.—hahahaaaayyy—
Yah.,.,lannnnjuuuut
Sedikit cerita di atas mungkin dapat menginspirasi kita
semua. Bahwa masih ada manusia jaman modern sekarang yang untuk ke sebuah
swalayan kecil bernama ‘alfamart’ saja harus menyisikan uang sedikit demi
sedikit.,untuk bias merasakan beta sejuknya AC di took merah itu.,untuk sekedar
bias membandingkan harga yang took kelontongan jual dengan yang ada di swalayan
kecil itu.,
Untuk sekedar menikmati pemandangan.,.,berderet makanan,
alat tulis, keperluan rumah tangga.dan segalanya yang meraka berharap untuk
miliki walau sedikit.
Sesuatu itu mengingatkan kita.,.,.
Ya.,banyak kehidupan di luar sana yang sangat jauh dari
anganangan kita. Banyak pengorbanan yang harus merkea lalui untuk sekedar
‘bernafas’ dan yang kita tahu hanyalah ’cukup-cukup’ . serba berkecukupan.
Dan kau tahu?????
Rumah mereeka terbuat dari nafas-nafas kehidupan yang pernah
mereka rangkai. Jatuh bangun pernah mereka alami walaupun untukbangun saja
harus melewati aral yang keras.,dengan pergaulan yang ada.,dengan kebebasan
melontarkan mankian.,membuat mereka terbiasa dengan kehidupan keras.,
Kehidupan di sini tak pernah aku temui di tempat manapun
yang pernah aku kunjungi.,
Hmmm…sejenak berpikir.,.,
Semoga bias menginspirasi .,karena Allah adalah pemberi
pencerahan terbaik.,.,
Jum’at 2 juni 2011
Di kala temanteman
tengah menikmati film “dalam mihrab cinta” dan berteriak histeris karena ada
adegan pernikahan.,hahaha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar