Pertengahan November
Setelah bulan berganti bulan dan detik jam berlalu
sedemikian cepat, tiba-tiba rasa penasaran untuk melihat blog yang sering ku
kelola dulu muncul lagi. Ya, blog yang hampir 4 bulan lebih tidak aku penuhi
dengan tulisan-tulsan atau celoteh absurd itu. Apakah rasa menulis itu timbul
karena terlalu banyak kegiatan dan aktifitas luar yang kulakukan? Ah, kurasa
tidak. Seharusnya tidak, karena menulis bisa dilakukan dimana saja, kapan saja,
tidak butuh banyak waktu dan tempat yang tenang. Tapi, usut punya
usut.,ternyata aku pernah berjanji untuk selalu menulis lantaran handphone yang
aku gunakan sekarang lebih memudahkanku untuk menulis. Namun, seperti manusia
biasa yang sering berikrar namun tidak ditepati, ikrar itu sempat menjadi
bualan dan omong kosong belaka.
Katanya mau menulis? Kapan?
Hapenya kan udah
bagus? Cuma dibuat sosmed-an?
Ngapain gak nulis
sekarang? Inget kamu pernah punya cita-cita jadi penulis ?
Kamu yang dulu,
sekarang kemana?
*jleb
Pertanyaan-pertanyaan itu menghantuiku seketika. Apa yang
aku lakukan sekarang hingga mengancurkan minat dan kemampuanku untuk menulis? Apakah
kehidupanku sekarang lebih sibuk daripada dulu hingga tidak bisa menghasilkan
karya satupun dalam seminggu?
Pertanyaan-pertanyaan itu menghantui lagi. Terlebih karena
dulu aku dan seorang temanku punya sebuah project bersama untuk menulis dengan
tema yang telah kami tentukan. Seiring dengan
waktu, project itu terkikis zaman, seperti halnya rasa, mudah pudar-halah.
Lalu, pada detik ke sekian dari pukul 14.41, di ruang kelas
ini. Rasa bersalah kian menghujam, terlebih ketika melihat sebuah tulisan yang
sedemikian elok di sebuah blog yang sering kukunjungi. Ah, hati ini rasanya
tercaci-maki. Kenapa aku tidak bisa seperti dia? Kenapa aku tidak bisa rajin
menulis seperti dia? Kenapa tulisanku terkesan monoton dan tidak ber-rasa
seperti dia?
Hingga kini aku tahu jawabannya.
Karena aku, jarang menulis apa yang aku pikirkan. Simple.
Mari menulis sekarang!
Senin, 17 November 2014
Di ruang kelas ,
sendirian
Penulis yang jarang
menulis